Senin, 16 Agustus 2010

SITUASI KESEHATAN DAN GIZI SERTA ISSUE KEBIJAKAN MEMASUKI MILENIUM KETIGA

Hasil sementara Sensus Penduduk tahun 2000 memperkirakan jumlah penduduk 203.456.005, dengan laju pertumbuhan penduduk 1990-2000 adalah 1,35 (BPS, 2001). Dari total penduduk tersebut, diperkirakan proporsi balita adalah 8.88%, usia reproduktif 15-49 tahun: 55,28% (perempuan), dan 54,86% (laki-laki). (lihat table 1). Uraian berikut ini dikaitkan dengan analisis situasi, issue serta kebijakan tentang kesehatan dan gizi. Informasi dari Sensus Penduduk ini menjadi penting dalam upaya pemerintah, khususnya kesehatan dan gizi, dalam mentargetkan kelompok rawan pada penduduk yang memerlukan intervensi.

Memasuki milenium baru, Indonesia dihadapi dengan perubahan ekonomi dan politik yang tidak menentu. Walaupun tidak merata, secara umum Bank Dunia melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif sebelum tahun 1997 (lihat figure 1: GNP per capita 1986-2000). Pertumbuhan ekonomi ini berdampak pada penurunan angka kemiskinan dari 40% tahun 1976 menjadi 11% tahun 1996 (Figure 2); penurunan kematian bayi; penurunan kematian anak 0-4 tahun; dan 25% penurunan kematian ibu. Secara statistik hal ini ditunjang pula dengan pencapaian keamanan pangan, dan pencapaian pelayanan kesehatan terutama pada ibu dan anak.

Krisis ekonomi memperlambat proses penurunan yang telah terjadi selama tiga dekade terkakhir. Krisis ekonomi menurunkan nilai rupiah yang berakibat pada merosotnya pendapatan perkapita (lihat figure 1) dan jumlah penduduk miskin meningkat dari 11% tahun 1996 atau 34.5 juta orang menjadi 16.64% tahun 1999 atau 47,9 juta orang (lihat figure 2). Dampak krisis ekonomi terhadap kesehatan masyarakat dapat dilihat secara tidak langsung. Disadari secara luas bahwa dampak krisis ekonomi berdampak negatif pada status kesehatan masyarakat, akan tetapi bukti nyata secara statistik masih perlu dikaji agar tidak terjadi kontradiksi. Kenyataannya kajian perubahan morbiditas dan mortalitas pada penduduk masih dilakukan terus menerus. Diperlukan informasi data kesehatan dengan kualitas yang baik dari sistem pelayanan kesehatan dan juga survei lainnya.

 Berikut ini adalah kajian kecenderungan beberapa indikator kesehatan dan gizi tahun 1990-2000, serta issue dan kebijakan untuk program kesehatan dan gizi pada masa mendatang.


ANALISA SITUASI KESEHATAN DAN GIZI

Wanita, terutama wanita usia subur/WUS, bayi dan anak balita adalah kelompok rawan pada penduduk yang selalu harus menjadi perhatian. Indonesia tidak mempunyai ‘vital statistic’ yang dapat dilakukan untuk menghitung angka kematian ibu. Biasanya dilakukan estimasi berdasarkan survei yang ada seperti Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT). Dari analisis SDKI 1991, 1994 diperkirakan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah 390 per 100,000 kelahiran hidup untuk periode 1989-1994, dan 334 pada periode tahun 1992-1997. Sebelum tahun 1997, Pemerintah Indonesia mentargetkan penurunan AKI ini dari 450 (1995) menjadi 225 (1999). Melihat variasi AKI di lima provinsi dari analisis SKRT 1995 yang menunjukkan AKI antara 1025 (Irian), 796 (Maluku), 686 (Jawa Barat), 554 (NTT) dan 248 (Jawa Tengah), diasumsikan AKI masih sangat bermasalah memasuki milenium ketiga ini (Sumantri, et.al, 1999).

 Untuk kelompok bayi dan anak yang dipantau perkembangannya, ada peningkatan yang cukup baik, akan tetapi angkanya masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Malaysia, Filipina dan Thailand. Walaupun terjadi penurunan angka kematian bayi dan balita, masih diperkirakan dari 4 juta anak yang lahir di Indonesia, 300.000 diantaranya meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun (Sumantri, 2000). – Lihat figure 3. Angka kematian bayi dan anak ini bervariasi cukup lebar antar provinsi. Dijumpai 23 kematian bayi per 1000 lahir hidup di Jogjakarta dan 111 kematian bayi per 1000 lahir hidup di NTB, hal yang sama terjadi juga untuk kematian balita (Sumantri, 2000).

 Masalah gizi kurang, terutama pada anak balita dikaji kecenderungannya menurut Susenas. Pada tahun 1989, prevalensi gizi kurang pada balita adalah 37.5% menurun menjadi 24,7% tahun 2000. Walaupun terjadi penurunan prevalensi gizi kurang, yang menjadi pusat perhatian adalah penderita gizi buruk pada anak balita, yang terlihat tidak ada penurunan semenjak tahun 1989. Pada tahun 1989, prevalensi gizi buruk anak balita adalah 6.3%. Prevalensi ini meningkat menjadi 11,56% pada tahun 1995 dan menurun menjadi 7,53% pada tahun 2000 (Direktorat Gizi, 2001). Berdasarkan hasil sementara SP 2000, maka diperkirakan jumlah penderita gizi buruk pada balita adalah 1.520.000 anak, atau 4.940.000 anak menderita gizi kurang. (lihat figure 4).

 Masih tingginya prevalensi gizi kurang pada anak balita berhubungan dengan masih tingginya bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR). Prevalensi BBLR ini masih berkisar antara 7 sampai 14% pada periode 1990-2000. (Lihat figure 5). Akibat dari BBLR dan gizi kurang pada balita berkelanjutan pada masalah pertumbuhan anak usia masuk sekolah. Berdasarkan hasil pemantauan tinggi badan anak baru masuk sekolah (TBABS), diketahui bahwa prevalensi anak pendek tahun 1994 adalah 39,8%. Prevalensi ini turun menjadi 36,1% pada tahun 1999. Anak yang terpantau dari TBABS adalah anak usia 5-9 tahun. Jika jumlah anak 5-9 tahun menurut SP 2000 diperkirakan 21.777.000, maka 7.800.000 anak usia baru masuk sekolah mengalami hambatan dalam pertumbuhan. Masalah gizi kurang pada anak berkelanjutan pada wanita usia subur, yang akan melahirkan anak dengan risiko BBLR disertai dengan masalah anemia dan gizi mikro lainnya. Dari kajian Susenas, proporsi wanita usia 15-49 tahun dengan Lingkar Lengan Atas (LILA <23.5 cm) adalah 24,9% tahun 1999 dan 21,5% pada tahun 2000 (Lihat Figure 6 dan 7). Proporsi ini sama dengan 13.316.561 wanita usia subur diperkirakan mempunyai risiko kurang energi kronis. Terlihat juga bahwa wanita usia subur, khususnya pada kelompok yang paling produktif: usia 15-19, 20-24 dan 25-29 tahun, mempunyai proprosi LILA <23.5% yang tertinggi.

 Masalah gizi lainnya yang cukup penting adalah masalah gizi mikro, terutama untuk kurang yodium dan zat besi. Pada tahun 1980, prevalensi gangguan akibat kurang yodium (GAKY) pada anak usia sekolah adalah 30%, prevalensi ini menurun menjadi 9,8% pada tahun 1998. Walaupun terjadi penurunan yang cukup berarti, masih dianggap masalah kesehatan masyarakat, karena prevalensi di atas 5%. Prevalensi tersebut bervariasi antar kecamatan, masih dijumpai kecamatan dengan prevalensi GAKY di atas 30% (daerah endemik berat). Berdasarkan prevalensi tersebut, diperkirakan 10 juta penduduk menderita GAKY, dan kemungkinan 9000 bayi lahir dengan kretin. Masalah berikutnya adalah anemia gizi akibat kurang zat besi. Kajian Survei Kesehatan Rumah Tangga (1995) menunjukkan bahwa prevalensi anemi pada ibu hamil adalah 50,9%, pada wanita usia subur 39,5%, pada remaja putri 57,1%, dan pada balita 40,5%.

Faktor penyebab dari tingginya kematian ibu, bayi dan anak ini tidak lain disebabkan karena belum memadainya pelayanan kesehatan masyarakat dan keadaan gizi, diluar faktor pencetus lainnya yang memperkuat masalah ini seperti kemiskinan dan tingkat pendidikan. Akibat yang terlihat dari kemiskinan adalah masih dijumpai hampir 50% rumah tangga mengkonsumsi makanan kurang dari 70% terhadap angka kecukupan gizi yang dianjurkan (2200 Kkal/kapita/hari; 48 gram protein/kapita/hari). Kita ketahui Human Development Index pada tahun 2000 yang dilaporkan oleh UNDP adalah 109 untuk Indonesia, tertinggal jauh dari Malaysia, Filipina dan Thailand. Masih tingginya masalah gizi, akan berpengaruh nyata terhadap tingkat pendidikan dan pendapatan per kapita. Rendahnya kondisi gizi akan berakibat pada rawannya penyakit infeksi dan semakin tinggi pengeluaran terhadap kesehatan. Krisis ekonomi yang berkepanjangan akan berdampak lebih nyata pada masalah kesehatan dan gizi penduduk.


ISSUE STRATEGIS, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Memasuki milenium ketiga, pelayanan kesehatan masih difokuskan pada pelayanan pada orang sakit dan kurang gizi. Rendahnya alokasi yang diberikan untuk pelayanan kesehatan masyarakat memperburuk situasi yang ada. Indonesia masih dihadapi pada rendahnya rasio dokter dan tenaga kesehatan lainnya untuk memberikan pelayanan kesehatan, ditambah fasilitas kesehatan (rumah sakit dan puskesmas) yang juga masih jauh dari optimal.

Semenjak terjadi krisis ekonomi 1997, banyak upaya yang dilakukan untuk mempertahankan situasi kesehatan dan gizi masyarakat, terutama pada kelompok rawan. Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK) yang mulai dioperasionalkan tahun 1998 melakukan upaya pelayanan kesehatan dasar, kesehatan ibu/safemotherhood dan gizi, terutama untuk penduduk miskin. Upaya yang telah dilakukan antara lain:

1. Mentargetkan dan memberikan pelayanan kesehatan khusus pada keluarga miskin yang membutuhkan. Pemilihan keluarga miskin ini dilakukan menurut indikator yang telah disepakati bersama.
2. Memberikan pelayanan khusus seperti pemberian makanan tambahan pada balita dan ibu hamil kurang gizi.
3. Memberikan pelayanan kebidanan pada ibu hamil dengan memberdayakan bidan di desa
4. Melakukan revitalisasi Posyandu agar pemantauan pertumbuhan pada bayi dan balita tetap dilaksanakan.
5. Melakukan advokasi pada pemerintah daerah setempat untuk selalu mentargetkan dengan alokasi yang memadai untuk lokasi yang berisiko tinggi masalah gizi dan kesehatan.
6. Melakukan promosi untuk peningkatan pendidikan dan peningkatan pelayanan kesehatan dasar.
7. Mengembangkan program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat.
8. Mengembangkan dan memperkuat sistem monitoring dan evaluasi (surveilans) untuk kepentingan daerah, terutama untuk memperbaiki kebijakan daerah terhadap pelayanan kesehatan dan gizi.

Mempelajari permasalahan yang ada dan upaya yang telah dilakukan, Indonesia mencanangkan Indonesia Sehat 2010, dengan menetapkan issue strategis yang menjadi titik tolak kebijakan intervensi atau program yang diperlukan pada saat ini dan masa yang akan datang. Issue strategisnya adalah sebagai berikut :

1. Kerjasama lintas sektor

 Perubahan perilaku masyarakat untuk hidup sehat dan peningkatan mutu lingkungan sangat berpengaruh terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Selain itu, masalah kesehatan dan gizi merupakan masalah nasional yang tidak dapat terlepas dari berbagai kebijakan dari sektor lain. Peningkatan upaya dana manajemen pelayanan kesehatan tidak dapat terlepas dari peran sektor yang membidangi pembiayaan, pemerintahan dan pembangunan daerah, ketenagaan, pendidikan, perdagangan dan social budaya. Dengan demikian kerja sama lintas sektor yang masih belum berhasil pada masa lalu perlu lebih ditingkatkan.

2. Sumber daya manusia kesehatan

 Mutu sumber daya manusia kesehatan sangat menentukan keberhasilan upaya dan manajemen kesehatan. Sumber daya manusia kesehatan yang bermutu harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berusaha untuk mengusai IPTEK yang mutakhir. Disadari bahwa jumlah sumber daya manusia kesehatan yang mengikuti perkembangan IPTEK dan menerapkan nilai-nilai moral dan etika profesi masih terbatas. Adanya kompetisi dala era pasar bebas sebagai akibat dari globalisasi harus diantisipasi dengan peningkatan mutu dan profesionalisme sumber daya manusia kesehatan. Hal ini diperlukan tidak saja untuk meningkatkan daya saing sektor kesehatan, tetapi juga untuk membantu peningkatan daya saing sektor lain, antara lain pengamanan komoditi bahan makanan dan makanan jadi.

3. Mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan

 Dipandang dari segi fisik persebaran sarana pelayanan kesehatan baik Puskesmas, Rumah sakit, maupun sarana kesehatan lainnya termasuk sarana penunjang upaya kesehatan telah dapat dikatakan merata keseluruh wilayah Indonesia. Akan tetapi persebaran fisik tersebut masih belum diikuti sepenuhnya dengan peningkatan mutu pelayanan dan keterjangkauan oleh seluruh lapisan masyarakat. Mutu pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kualitas sarana fisik, jenis tenaga yang tersedia, obat, alat kesehatan dan sarana penunjang lainnya, proses pemberian pelayanan, dan kompensasi yang diterima serta harapan masyarakat pengguna. Faktor-faktor tersebut di atas merupakan prakondisi yang harus dipenuhi untuk peningkatan mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan. Peningkatan pelayanan dilakukan melalui peningkatan mutu dan profesionalisme sumber daya kesehatan. Sedangkan harapan masyarakat pengguna dilakukan melalui peningkatan pendidikan umum, penyuluhan kesehatan, serta komunikasi yang baik antara pemberi pelayanan kesehatan dan masyarakat.

4. Prioritas, sumber daya pembiayaan, dan pemberdayaan masyarakat

 Selama ini upaya kesehatan masih kurang mengutamakan atau memprioritaskan masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat. Selain itu permasalahan kesehatan yang diderita oleh masyarakat banyak masih belum diikuti dengan pembiayaan kesehatan yang memadai. Disadari bahwa keterbatasan dana pemerintah dan masyarakat merupakan ancaman yang besar bagi kelangsungan program pemerintah serta ancaman pencapaian derajat kesehatan yang optimal. Diperlukan upaya yang intensif untuk meningkatkan sumber daya pembiayaan dari sektor publik yang diutamakan untuk kegiatan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan serta pencegahan penyakit. Ketersediaan sumber daya yang terbatas, mengharuskan adanya upaya untuk meningkatkan peran serta sektor swasta khususnya dalam upaya yang bersifat penyembuhan dan pemulihan. Upaya tersebut dilakukan melalui pemberdayaan sektor swasta agar mandiri, peningkatan kemitraan yang setara dan saling menguntungkan antara sektor publik dan swasta sehingga sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal.

 Sementara itu, issue strategis bidang gizi, karena berhubungan dengan pangan, keluarga dan anak, maka hal yang berkaitan dengan:

1. Ketahanan pangan tingkat rumah tangga
2. Pengembangan agribisnis
3. Pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan yang berkaitan erat dengan upaya peningkatan daya beli dan akses terhadap pangan.
4. Pola pengasuhan yang tepat dan bermutu untuk anak

 Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka strategi pembangunan kesehatan untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2010 adalah:

1. Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan
2. Profesionalisme
3. Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat
4. Desentralisasi

Strategi program gizi mengikuti strategi pembangunan kesehatan dan juga memfokuskan pada:

1. Pemberdayaan keluarga dan masyarakat
2. Pemantapan kelembagaan pangan dan gizi
3. Pemantapan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi
4. Advokasi dan mobilisasi social
5. Peningkatan mutu dan cakupan pelayanan gizi melalui penerapan paradigma sehat

Berdasarakan strategi tersebut, maka tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan mayarakat yang optimal. Dan kebijaksanan pembangunan kesehatan untuk mewujudkan tujuan tesebut adalah:

1. Pemantapan kerja sama lintas sektoral
2. Peningkatan kemandirian masyarakat dan kemitraan swasta
3. Peningkatan perilaku hidup sehat
4. Peningkatan lingkungan sehat
5. Peningkatan upaya kesehatan
6. Peningkatan sumber daya kesehatan
7. Peningkatan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan
8. Peningkatan IPTEK
9. Peningkatan derajat kesehatan

Sejalan dengan kebijakan pembangunan kesehatan, telah dibuat pula rencana program aksi pangan dan gizi yang juga merupakan penjabaran Propenas, yaitu:

1. Pengembangan kelembagaan pangan dan gizi
2. Pengembangan tenaga pangan dan gizi
3. Peningkatan ketahanan pangan
4. Kewaspadaan pangan dan gizi
5. Pencegahan dan penanggulangan gizi kurang dan gizi lebih
6. Pencegahan dan penanggulangan kurang zat gizi mikro
7. Peningkatan perilaku sadar pangan dan gizi
8. Pelayanan gizi di Institusi
9. Pengembangan mutu dan keamanan pangan
10. Penelitian dan pengembangan


KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Indonesia Sehat 2010 merupakan goal yang akan dicapai. Hal ini tidak mungkin dicapai jika peningkatan kualitas dan akses masyarakat terhadap kesehatan dan gizi tidak menjadi perhatian utama. Alokasi kesehatan yang masih sekitar 3% tentunya tidak berarti untuk mencapai tujuan ini. Goal ini juga mengarahkan kita semua untuk mendukung upaya berkaitan dengan peningkatan sumber daya manusia melalui pendidikan dan kualitas hidup. Diperlukan penjabaran Propenas dan Propeda kedalam bentuk program aksi yang lebih konkrit. Fokus perhatian diutamakan pada keluarga miskin di wilayah kumuh perkotaan dan pedesaan. Selain itu peningkatan kesehatan dan gizi masyarakat tidak akan terlepas juga dari kontribusi “komprehensif dan pelayanan profesional” yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat secara keseluruhan.

Rekomendasi yang diperlukan tentunya berkaitan dengan:

1) paradigma sehat yang berlandaskan pada visi dan misi pembangunan kesehatan nasional;
2) revitalisasi pada infrastruktur yang berkaitan dengan upaya desentralisasi;
3) alokasi kesehatan dan gizi yang optimal;
4) memperkuat aspek teknologi bidang kesehatan dan gizi;
5) memperkuat aspek pelayanan kesehatan dan gizi secara profesional;
6) mengembangkan JPKM;
7) memperkuat sistem pemantauan dan evaluasi program.

Pada akhirnya kajian terus menerus berkaitan dengan kependudukan sangat diperlukan, terutama pada kelompok sasaran yang menjadi prioritas dalam pembangunan kesehatan dan gizi. Peningkatan derajat kesehatan dan gizi penduduk merupakan investasi yang besar bagi negara.

TEORI KEPENDUDUKAN DIHUBUNGKAN DENGAN PENGENDALIAN PENDUDUK UNTUK MILENNIUM KE III

Teori penduduk kuno dimulai dengan tulisan Confucius sekitar tahun 500 BC yang menyebutkan bahwa pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat dapat menekan standar hidup masyarakat karena dapat mengurangi pendapatan pekerja. Dianjurkan adanya hubunga optimal antara penduduk dan tanah pertanian secara proposional yang optimal selalau dapat dipertahankan. Teori Cina kuno menyatakan bahwa:
- tingkat kematian akan naik apabila persedian makanan tidak cukup.
- perkawinan pada usia dini akan menyebabkan tingkat kematia yang semakin tinggi.
- Peperangan dapat memperlambat pertumbuhan penduduk
- upacara perkawinan yang mewah dan mahal akan menurunkan tingkat pekawinan
Teori penduduk modern muncul pada periode Renaissance denga pertumbuhan pesat karena:
- bangkitnya Negara baru.
- Penemuan-penenmuan baru dibidang ilmiah
- Eksplorasi terhadap wilayah baru
- Perubahan system pemerintahan
- Pertumbuhan perdagangan dan aliran kapitalisme.
- Revolusi industry.
Beberapa teori yang dikemukakan para ahli misalnya :
1. Thomas Robert Malthus (1766 – 1844)
- Bahan makanan dibutuhkan untuk hidup.
- Nafsu antara pria dan wanita dibutuhkan dan akan tetap keadaannya seperti itu.
- Apabila tidak ada hambatan penduduk akan bertambah menurut deret ukur dan bahan amakanan akan bertambah menurut deret hitung.
Hambatan atau rintangan terhadap pertumbuhan penduduk dibedakan dalam
1) Ultimate Check berupa bencana kelaparan, akibat perbedaan jumlah penduduk dan makanan.
2) Immediate Check berupa hambatan pencegahan melalui penundaan usia kawin dan melahitkan dinegara yang telah maju dan dan hambatan positif seperti pembunuhan, epidemic, kemelaratan dan peperangan dinegara yang belum maju.
2. Thomas Jarold mengatakan bahwa kemampuan reproduksi manusia akan berkurang apabila ia semakin banyak menggunakan tenaganya baik fisik maupun mental. Kehidupan manusia yang lebih sibuk maka pertambahan penduduk akan semakin berkurang.
3. Michael Thomas Sadler menyatakan akan terjadi suatu mekanisme keseimbangan antara pertambahan jumlah penduduk dan tingkat kemakmuran. Bertambahnya tingkat kemakmuran akan menyebabkan berkurangnya kemampuan atau keinginan menambah jumlah anak dan sebagainya.
4. Thomas Doubleday menyatakan adanya korelasi antara tingkat kelahiran dan tingkat kemakmuran. Tingkat kehidupan yang sulit akan merangsang untuk meningkatkan kelahiran sedangkan tingkat kehidupan yang makmur akan mengurangi kemampuan melahirkan. Keadaan ini disebut sebagai the real and great law of human population.
5. Arsene Dumont mengemukakan teori kapilaritas social yang intinya mengatakan bahwa setiap orang akan selalu mempunyai keinginan untuk memperbaiki keadaan social ekonominya.
Data Lembaga Bank Dunia bulan Juli lalu memperkirakan, populasi global akan meningkat menjadi lebih dari 8,3 miliar pada tahun 2025, dari hanya sekitar Rp5,3 miliar saat ini. Persoalannya riil, bahwa semakin banyak manusia hidup, kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, perumahan, pendidikan, lapangan kerja, persoalan kriminalitas, serta penciptaan kedamaian menjadi tuntutan utama umat manusia. Kita cemas karena itu tuntutan selalu kalah dengan ledakan demi ledakan penduduk di berbagai negara
Indonesia seperti Negara-negara berkembang lainnya masih mengalami tingkat pertambahan penduduk yang tinggi. Saat ini tingkat pertambahan penduduk telah dapat ditekan dari 4 % pada tahun 1971 menjadi sekitar 2 % pada tahun 2000. Dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang 2 % maka Indonesia tiap tahun akan ketambahan 4 juta jiwa. Dengan pertumbuhan sebanyak ini akan menyebabkan berbagai masalah dibidang kesehatan, pendidikan, perumahan, perhubungan, lapangan kerja dan peningkatan taraf hidup. Barbagai krisis yang menimpa Indonesia tidak lepas dari factor pertambahan penduduk yang tinggi sehingga memberikan beban yang besar dibidang ekonomi.
Adalah Thomas Malthus telah jauh-jauh hari memberikan perhatian soal ini. Melalui Essay on the Principle of Population, yang kontroversial itu ia hadir dalam buku ini bersama dua pakar kependudukan lain, Julian Huxley dan Frederick Osborn. Malthus melihat, kelahiran yang tidak terkontrol, menyebabkan penduduk bertambah menurut deret ukur. Ia mengawali esai itu dengan paradigma evolusi perkembangbiakan. Dari proses itu, manusia akan terus berevolusi dengan pelipatgandaan.
Memang, pelipatgandaan dengan sendirinya terkontrol oleh hukum alam berupa kematian. Tapi sekalipun kematian terjadi, bahkan terjadi secara massal karena terjadi bencana alam misalnya, tetap tidak sebanding dengan jumlah pelipatgandaan. Lalu, muncullah kecemasan atas pelipatgandaan.
Masalahnya sederhana, bahwa seluruh manusia yang ada harus tetap makan, dengan standar gizi yang meningkat, karena itu produksi makanan harus dinaikkan beberapa ratus persen, dari tingkat produksi saat ini. Dari sini, sektor pertanian secara langsung terkena beban untuk menghasilkan pangan yang mencukupi.
Teori-teori modern tentang kependudukan tersebut jika dihubungkan dengan pengendalian penduduk menghadapi millennium ke 3, menunjukkan hubungan yang sangat bermakna. Salah satu teori yang dikemukakan oleh Arsene Dumont dalam teori kapilaritasnya bahwa, “Setiap orang akan selalu mempunyai keinginan untuk memperbaiki keadaan social ekonominya”. Adanya kapilaritas social menyebabkan terjadinya penurunan angka kelahiran karena dengan anak yang banyak dapat menghambat pencapaian keadaan sosial ekonomi yang lebih kuat. Keadaan ini akan terjadi pada suatu masyarakat yang telah maju peradabannya. Teori ini jika dihubungkan dengan pengendalian penduduk di negara-negara yang sedang berkembang dengan laju pertumbuhan penduduk sangat tinggi dan tingkat pendapatan ekonomi penduduk yang masih rendah, teori ini tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dalam menurunkan angka kelahiran, sekalipun setiap individu selalu berkeinginan untuk memperbaiki status social ekonominya.
Huxley, dan Osborn melihat regulasi tingkat kesuburan, bukan sebagai karunia Tuhan tempat yang harus disyukuri setiap kali seorang perempuan mengandung. Keduanya justru menempatkan regulasi tingkat kesuburan sebagai tempat menggiring manusia ke arah keseimbangan dengan alam dan lingkungannya
Kedua penulis itu memberikan apresiasi tentang pentingnya keterlibatan teknologi modern bukan semata-mata untuk bekal masyarakat, tapi juga untuk membawa manusia secara keseluruhan kepada tingkat kesehatan, pendidikan, dan kemerdekaan yang baru. Huxley menekankan perlunya memasuki era keseimbangan dengan lingkungan fisik dan biologis, dan peranan-peranan yang dapat dimainkan oleh pengendalian angka kelahiran dan tanggung jawab manusia dalam pengembangan konservasi dan ekonomi
Osborn lebih mempertimbangkan persoalan pelik dalam menumbuhkan perlunya mengurangi kesuburan dan cara Barat modern membantu dunia lain yang memiliki kepekaan agama, politik, untuk mencapai tingkat kesuburan rendah.
Teori-teori moderen kependudukan yang dikemukakan oleh para ahli, lebih memungkinkan dalam mengendalikan pertumbuhan penduduk terutama di negara-negara yang sudah berkembang, hal ini dimungkinkan karena berbagai factor antara lain, tingkat peradaban penduduk yang sudah maju, tingkat pendapatan, laju pertumbuhan ekonomi, dan factor social budaya lainnya. Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi dalam menurunkan angka fertilitas pada satu negara, dengan demikian laju pertumbuhan penduduk di negara yang sudah berkembang lebih mudah dikendalikan, daripada negara yang sedang berkembang.

Kamis, 05 Agustus 2010

TIPS TENANG DI TEMPAT KERJA (Menurut Rino. Hehehehe...)

Untuk mencapai sikap tenang sebenarnya tidaklah sesulit yang dibayangkan. Setiap individu bisa melakukannya dengan usaha-usaha kecil, namun efektif untuk membantu menenangkan diri setiap saat, sepanjang hari.

1. Memberi salam saat memasuki kantor

Ucapkan asalamualaikum atau pun selamat pagi dengan tulus, sambil menebar pandangan ke seisi ruangan, menatap satu per satu teman-teman yang sudah lebih dulu hadir di kantor. Mereka akan bersautan menjawab salam Anda dan itu akan memberikan efek kebersamaan yang kuat. Anda akan mendapatkan energi positif dari situ.

2. Mengecek email sebelum yang lain

Chatting, brosing, nge-blog, posting di milis sudah bukan rahasia lagi telah menjadi bagian keseharian kita di kantor. Lakukan saja. Tapi, sebelum itu semua sebaiknya cek email terlebih dahulu agar jangan sampai ada janji meeting, surat penawaran dari calon klien, pertanyaan yang harus dijawab segera dan hal-hal penting lain berkaitan dengan pekerjaan yang terlewat atau pun terlupa. Jawab segera email yang memang mendesak untuk dijawab, jangan ditunda. Dengan mengawali hari seperti itu akan membuat Anda tenang untuk mengerjakan tugas-tugas selanjutnya.

3. Menjaga sikap duduk yang tenang

Sikap dan posisi duduk yang benar, dagu yang selalu mendongak, tubuh yang senantiasa tegap akan memberikan efek ketenangan pada keseluruhan fisik dan juga jiwa Anda.

4. Melepas sepatu

Tidak, Anda tidak salah dengar. Ini memang disarankan karena dengan telapak kaki yang terbebas dari sepatu, dan langsung menatak ke lantai/karpet, akan menstimulasi perasaan tenang.

5. Bunga di vas dan bola remas

Kalau bunga "beneran" merepotkan, maka bunga plastik yang ditaruh dalam vas kecil di atas meja pun akan menjadi pemandangan yang menyegarkan. Bola remas yang biasa Anda jumpai di toko-toko "serba lima ribu" bisa membantu Anda di saat-saat tertentu ketika Anda panik atau khawatir. Dengan meremas-remas bola itu, ketegangan yang menyelimuti tubuh Anda akan mengendor sehingga Anda menjadi lebih tenang.

6. Makan siang lebih awal

Berkantor di pusat perkantoran yang padat membuat Anda harus mengantri panjang saat makan siang di kantin. Dengan memajukan waktu makan siang sedikit lebih awal dari yang lain, Anda akan bisa menikmati makan siang Anda lebih santai, dan selesai juga lebih cepat sehingga memberikan ketenangan untuk menghadapi separo hari kerja yang masih harus dilewati.

7. Buatlah kopimu sendiri

Menjelang sore mungkin Anda perlu secangkir kopi atau teh. Tunggu, tidak perlu menyuruh office boy untuk melakukannya. Pergilah sendiri ke pantri untuk membuatnya dan itu memberi kesempatan bagi Anda untuk bergerak, meregangkan otot-otot tubuh yang kecapekan duduk, hingga akhirnya Anda mendapatkan ketenangan.

8. Selalu berpikir positif

Ya, berpikir positif bukan sekedar lawakan yang selalu diulang-ulang oleh Tukul di acara Empat Mata. Meski ini klise, tapi dampaknya nyata. Berpikir positif bahwa klien yang akan Anda hadapi 1-2 jam lagi adalah orang yang kooperatif dan ramah akan membuat Anda tenang.

9. Jangan meributkan hal-hal kecil

Teman sebelah meja Anda lupa mengembalikan pulpen yang dipinjamnya dari Anda? Tidak perlu nyolot dengan misalnya, "Kebiasaan, deh!" Bilang saja, "Pulpennya udah belum? Kalau udah taruh sini lagi ya, biar besok kalau mau minjam lagi gampang."

10. Kembangkan rasa humor

Jika Anda memiliki bos yang berselera humor dan suka melucu, bersyukurlah. Tapi, kalau tidak, Anda sendiri bisa menciptakan atmosfer kantor yang selalu diwarnai dengan humor. Komentari sesuatu dengan lucu agar tercipta suasana keakraban yang hangat dan menenangkan hati.

Mudah bukan?

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

Industri primer pengolahan hasil hutan merupakan salah satu penyumbang limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan. Bagi industri-industri besar, seperti industri pulp dan kertas, teknologi pengolahan limbah cair yang dihasilkannya mungkin sudah memadai, namun tidak demikian bagi industri kecil atau sedang. Namun demikian, mengingat penting dan besarnya dampak yang ditimbulkan limbah cair bagi lingkungan, penting bagi sektor industri kehutanan untuk memahami dasar-dasar teknologi pengolahan limbah cair.
Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Jadi teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat yang bersangkutan.
Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan:
1. pengolahan secara fisika
2. pengolahan secara kimia
3. pengolahan secara biologi

Untuk jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut dapat diaplikasikan dengan cara sendiri-sendiri ataupun kombinasi.

Pengolahan Secara Fisika
Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan, diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap.
Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air flotation).
Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, akan dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosa.
Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa aromatik (misalnya: fenol) dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut.
Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-unit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal.
Pengolahan secara Kimia
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi.
Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5).
Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl2), kalsium permanganat, aerasi, ozon hidrogen peroksida. Pada dasarnya kita dapat memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan secara kimia, akan tetapi biaya pengolahan menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia.
Pengolahan Secara Biologi
Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai metode pengolahan biologi dengan segala modifikasinya.
Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu:
1. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor);
2. Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor).
Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan berbagai modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak-stabilisasi. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain, yaitu waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam). Proses kontak-stabilisasi dapat pula menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses absorbsi di dalam tangki kontak sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan pendahuluan.
Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak, juga termasuk dalam jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti Indonesia, waktu detensi hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi maupun dalam lagoon yang tidak diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas efluen yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan. Di dalam lagoon yang diaerasi cukup dengan waktu detensi 3-5 hari saja.
Di dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di atas media pendukung dengan membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya. Berbagai modifikasi telah banyak dikembangkan selama ini, antara lain:
1. trickling filter
2. cakram biologi
3. filter terendam
4. reaktor fludisasi
Seluruh modifikasi ini dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD sekitar 80%-90%.
Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses penguraian secara biologi, proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis:
1. Proses aerob, yang berlangsung dengan hadirnya oksigen;
2. Proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen.
Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat dianggap lebih ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l, proses anaerob menjadi lebih ekonomis.


Pengolahan Limbah cair PKS sistem Anaerobik
Teknik Pengolahan Limbah Cair PKS dengan Sistem Anaerobik Secara konvensional pengolahan limbah di pabrik kelapa sawit (PKS) dilakukan secara biologis dengan menggunakan sistem kolam, yaitu limbah cair diproses di dalam satu kolam anaerobic dan aerobik dengan memanfaatkan mikroba sebagai pe-rombak BOD dan menetralisir ke asaman cairan limbah. Hal ini di-lakukan karena pengolahan limbah dengan menggunakan teknik tersebut cukup sederhana dan dianggap murah. Namun demikian lahan yang diperlu-kan untuk pengolahan limbah sangat luas, yaitu sekitar 7 ha untuk PKS yang mempunyai kapasitas 30 ton TBS/jam. Kebutuhan lahan yang cukup luas pada teknik pengolahan limbah dengan menggunakan sistem kolam dapat mengurangi ketersediaan lahan untuk kebun kelapa sawit. Waktu retensi yang diperlukan untuk merombak bahan organik yang terdapat dalam limbah cair ialah 120 – 140 hari. Efisiensi perombakan limbah cair PKS dengan sistem kolam hanya sebesar 60 – 70 %. Disamping itu pengolahan limbah PKS dengan menggunakan sistem kolam sering mengalami pendangkalan sehingga masa retensi men-jadi lebih singkat dan baku mutu limbah tidak dapat tercapai. Teknik pengolahan limbah PKS dengan sistem tangki anaerobik adalah salah satu sistem pengolahan limbah yang dilakukan secara anaerobik dengan kecepatan tinggi dan sangat efisien. Adapun prinsip kerja teknik peng-olahan limbah tersebut adalah degradasi bahan organik oleh bakteri dengan cara anaerobik.

Metodelogi yang digunakan dalam ialah sistem tangki biofilter kecepatan tinggi (Highrare Biofilter Tank). Air limbah yang berasal dari fat-pit dialirkan ke dalam tangki pengumpul dan se-lanjutnya dialirkan ke dalam tangki pengendapan dan tangki umpan (V tank). Limbah cair PKS dialirkan ke tangki digester I (TD I) dan selanjutnya ke tangki digester II (TD II) dengan menggunakan pompa sentrifugal yang dilengkapi dengan pengatur waktu. Resirkulasi limbah cair PKS dari TD I ke TD II dilakukan dengan pompa resirkulasi. Jika dibanding-kan dengan sistem kolam anaerobic konvensional, sistem tank anaerobic dapat mengurangi waktu perubahan dari 50 hari menjadi 10 hari atau sebesar 80 %

Proses Pengolahan Limbah di Pabrik P T. Bimoli
Limbah pengolahan minyak dimasukkan ke Selection Tank. Dari selection tank dimasukkan ke dalam Fat Trap dimana akan dipisahkan antara minyak dan air. Minyak ini diangkat secara manual. Kemudian limbah yang hanya tersisa air di aalirkan ke Mix Tank. Disini diukur pH nya. Biasanya kisaran pH adalah adalah pH air yaitu 6 sampai 8. Kemudian dimasukkan ke dalam tangki. Masing-masing tangki yang berfungsi sebagai pemisah antara minyak yang tersisa, memisahkan limbanh yang mengendap dan tidak mengendap dan juga menetralisir pH. Dari situ limbah dialirkan ke DAF unit untuk pemisahan benda-benda terapung, melayang dan mengendap lebih lanjut. Kemudian dialirkan ke Oksidation Ditch. Disini sudah ada bakteri pengurai. Untuk menghidupi bakteri ini diberi pupuk. Salah satu fungsi dari bakteri ini untuk mengurai Nitrogen dari limbah. Kemudian limbah yang dalam bentuk cair yang telah melewati Oksidation Ditch dikelurakan kedalam kolam indicator. Disini dapat dilihat kalau limbah tersebut dapat dibuang dengan melihat ikan-ikan yang dimasukkan ke dalam kolam ini. Jika ikan-ikan tersebut dapat hidup berarti limbah tersebut bisa di buang ke alam. Sedangakan limbah yang masih ada lumpurnya dimasukkan ke dalam kolam sendiri. Lumpur ini bisa dijadikan pupuk karena banyak mengadung phosphor dan nitrogen.


PENGOLAHAN LIMBAH DI PERTAMBANGAN TALAWAAN

Tiap kelompok penambang mempunyai 1 (satu) unit tromol yang berfungsi untuk menghancurkan/menggiling batuan. Dalam proses penggilingan di tromol, para penambang menggunakan air raksa/merkuri (Hg). jumlah merkuri yang digunakan untuk penggilingan tersebut sekitar 1 kg untuk 5 kali proses dalam 1 unit tromol (10 tabung). Hasil dari penggilingan tersebut (dalam bentuk bubur) dimasukkan ke dalam Tong untuk proses mendapatkan emas. Pemisahan emas dengan lumpur batuan dilakukan di dalam tong berbentuk silinder (Tinggi + 6 m dan Diameter + 2,5 m) menggunakan Sianida (CN) dan karbon Aktif.

Salah satu dampak negatif pencemaran lingkungan yang paling ditakutkan dari penambangan emas adalah rembesan limbah cair yang mengandung logam berat raksa (Hg). Pada proses penambangan emas, merkuri digunakan untuk meningkatan laju pengendapan emas dari lumpur. Partikel merkuri akan membentuk anglomerasi dengan emas sehingga meningkatkan perolehan emas. Sebenarnya peraturan internasional sudah tidak lagi memperbolehkan penggunaan merkuri untuk pertambangan pada skala besar.

Logam berat ini sangat berbahaya meskipun pada konsentrasi rendah. Hg larut dalam air dan ketika terakumulasi di perairan baik sungai atau laut dapat berdampak langsung membahayakan masyarakat. Studi kasus menunjukkan pengaruh buruk mercuri seperti tremor, kehilangan kemampuan kognitif, dan gangguan tidur dengan gejala kronis yg jelas bahkan pada konsentrasi uap mercuri yang rendah 0.7–42 μg/m3. Penelitian menujukkan bahwa jika menghirup langsung mercuri selama 4-8 jam pada konsentrasi 1.1 to 44 mg/m3 menyebabkan sakit dada, batuk, hemoptysis, pelemahan dan pneumonitis. Pencemaran akut mercuri menunjukkan akibat parah seperti terganggunya system syaraf, seperti halusinasi, insomnia, dan kecenderungan bunuh diri. Yang lebih membahayakan adalah bahaya laten mercury. Jika masuk ke perairan, mercuri akan terakumulasi pada ikan dan akan memberikan efek langsung seperti yang dijelaskan diatas jika ikan tersebut dikonsumsi. Oleh karena itu upaya penanganan limbah cair ini sangat mendesak untuk dilakukan.

Untuk menanggulangi pencemaran lingkungan di kawasan penambangan rakyat harus digunakan teknologi yang telah terbukti dan teruji, mudah dibuat dan tersedia secara lokal seluruh bahan baku dan material pembuatannya. Salah satu teknologi klasik yang mumpuni digunakan adalah menggunakan bioabsorber. Teknik ini salah satunya digunakan untuk konservasi sungai yang tercemar logam berat pasca revolusi industri di inggris dan eropa daratan. Teknik biosorpsi ini menggunakann tumbuhan air-eceng gondok untuk menyerap logam berat yang larut pada air.

Eceng gondok memiliki kapasitas biosorbsi yang besar untuk berbagai macam logam berat terutama Hg. Logam berat tersebut diabsorbsi dan dikonversi menjadi building block sehingga tidah lagi membahayakan lingkungan. Namun demikian proses biosorbsi sangat sulit untuk menghasilkan air yang bebar logam berat. Selain laju biosorbsi yang lambat, distribusi eceng gondok juga hanya mengapung dipermukaan sehingga menyulitkan pengolahan yang homogen. Hal ini bisa diantisipasi dengan desain kolam yang luas namun dangkal atau dengan melibatkan proses pengolahan lanjut dengan pengolahan tambahan.

Kalau melihat pertambangan yang ada di Tatelu, para pemilik pengolahan tambang membuang limbah pengolahan di kolam-kolam yang dibuat. Hal ini dikarenakan sisa pengolahan tambang yang menggunakan sianida dapat menghasilkan pupuk nitrogen. Hal ini disebabkan karena sianida dapat diubah bentuknya menjadi nitrogen dengan bantuan bakteri pengurai dan juga adanya sinar matahari yang ditambah dengan oksigen diudara. Kalau dilihat dari proses pengolahan yang menggunakan merkuri, merkuri tersebut tidak di buang tetapi merkuri tersebut diambil kembali untuk pengolahan selanjutnya.

HIDROLOGI

Jumlah air di bumi sangat besar, kira-kira 1,36 milyar km3. Dari jumlah tersebut sekitar 97,2% merupakan air yang berada di laut, 2,15% berupa es dan salju, sedang sisanya yang 0,65% merupakan air yang terdapat di danau, sungai, atmosfer dan air tanah. Meskipun persentase dari bagian yang terakhir ini sangat kecil, tetapi jumlahnya sangat besar.
Air adalah satu-satunya molekul yang paling banyak terdapat dalam makhluk hidup. Sekitar 60% dari berat tubuh manusia dewasa dan sebanyak 95 % dari berat bentuk-bentuk halus seperti ubur-ubur dan embrio adalah air. Sebenarnya seluruh biokimia itu adalah kimia berair artinya air mmberikan medium tempat terjadinya sebagian besar interaksi biokimia. Air juga secara langsung turut dalam banyak reaksi biokimia, termasuk yang terlibat dalam respirasi selular, pencernaan dan fotosintesis.
Air merupakan habitat untuk banyak spesies mikroorganisme, tumbuhan dan hewan. Karena adalah makhluk darat, kita cenderung melalaikan ukuran kekompleksan dan masalah khusus tentang ekosistem air tawar dan ekosistem laut.
Baik pada basis setempat maupun pada basis sedunia, air turut serta dalam pendauran seluruh bahan lain yang diperlukan oleh makhluk hidup. Setiap zat mendaur melalui biosfer dengan sedikit bantuan air.

SIFAT AIR

Air mempunyai sejumlah sifat yang unik dan tidak lazim sehingga memungkinkan terlaksananya banyak peranan khusus dalam biosfer. Tidak ada tandingnnya sebagai pelarut, mampu melarutkan berbagai macam zat anorganik dan organic. Keserbabisaan air sebagai pelarut itulah yang memungkinkannya berguna sebgai medium pengangkut bagitu banyak bahan.
Air terdapat dalam bentuk cair dengan kisaran suhu yang ditemukan di sebagian besar bumi dan diluarnya itu kehidupan diperlambat atau berhenti. Sekalipun suhu turun hingga di bawah titik bekunya, es yang terbentuk terapung di atas permukaan air memberikan panahanan termal untuk air cair dibawahnya. Bentuk padat dari semua zat lain lebih pekat dari pada bntuk cairnya.
Air mempunyai kapasitas panas terbesar dari setiap macam zat umum. Artinya ialah air itu memerlukan lebih banyak panas atau energy untuk menaikkan suhu air sejumlah derajat tertentu disbanding bahan apapun. Sebaliknya untuk mendinginkan dengan beberapa derajat, air mengeluarkan panas lebih banyak dari bahan apapun. Sifat ini penting untuk sebagai dasar individu maupun dasar seluruh dunia. Untuk organisme individu, kapasitas panas yang lebih tinggi dari air menyangganya dari pergeseran ekstrim dalam suhu. Pada skala besar, lautan dan perairan luas lainnya agak menurunkan fluktuasi suhu semusim. Untuk alasan inilah daerah pantai lebih sejuk pada musim panas dan lebih hangat dalam musim dingin daripada di daerah daratan pada ketinggian yang sama.
Iar juga luar biasa dalam penguapan panas yang amat tinggi. Air memerlukan rata-rata 580 kalori untuk mengubah satu gram air menjadi uap air. Nilai ini lebih tinggi daripada zat lain. Hal ini teramat penting bagi banyak hewan dalam mengatur suhu tubuhnya.
Karena distribusi electron yang tidak merata, molekul ini sangat polar. Hal ini memungkinkan adanya interaksi yang mudah dengan zat polar lainnya dan dengan demikian menjelaskan daya larut air yang sangat tinggi. Perbedaan elektronegativitas di antara atom oksigen dan atom nitrogen dari molekul air menentukan ikatan hydrogen di antara molekul. Daya tarik di antara molekul-molekul air inilah yang menerangkan kemampuan air untuk tetap cair diantara kisaran suhu yang sangat besar dan untuk kapasitas panas yang tinggi serta penguapan yang tinggi.

SIKLUS AIR
Siklus air atau siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi.
Air merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan di muka bumi. Dengan meningkatnya kebutuhan akan air, para ilmuawan memberikan perhatian yang sangat besar terhadap kelangsungan perubahan air di atmosfer, laut dan daratan. Sirkulasi suplai air di bumi yang tidak putusnya disebut siklus hidrologi. Siklus ini merupakan pancaran sistem energi matahari atmosfer merupakan rantai yang menghubungkan lautan dan daratan. Air dari laut, secara tetap mengalami evaporasi menjadi uap air yang berada di atmosfer. Angin akan mengangkut uap air ini. Kadang pada jarak yang sangat jauh. Uap air ini akan berkumpul membentuk awan. Apabila awan sudah jenuh, maka akan berubah menjadi hujan.
Pada saat air hujan jatuh ke bumi,sebagian air jatuh langsung ke permukaan bumi dan ada juga yang terhambat oleh vegetasi (Intersepsi). Intersepsi memiliki 3 macam, yaitu interception loss, through fall, dan stem flow. Interception loss adalah air yang jatuh ke vegetasi tetapi belum sampai mencapi tanah sudah menguap. Through fall adalah air hujan yang tidak langsung jatuh ke bumi, tetapi terhambat oleh dedaunan terlebih dahulu. Stem flow adalah air hujan yang jatuh ke vegetasi dan mengalir melalui batang vegetasi tersebut. Air hujan yang terhambat vegetasi sebagian ada yang menguap lagi atau mengalami evaporasi ada juga yang kemudian jatuh ke permukaan tanah (through fall). Air hasil through fall ini mengalir di permukaan dan berkumpul di suatu tempat menjadi suatu run off seperti sungai, danau, dan bendungan apabila kapasitas lengas tanah sudah maksimal yaitu tidak dapat menyerap air lagi. Dalam lengas tanah, ada zona aerasi yaitu zona transisi dimana air didistribusikan ke bawah (infiltrasi) atau keatas (air kapiler). Semakin besar infiltrasi, tanah akan semakin lembab dan setiap tanah memiliki perbedaan kapasitas penyimpanan dan pori-pori tanah yang berbeda-beda. Vegetasi mengalami fotosintesis pada saat siang hari dan mengalami transpirasi. Peristiwa berkumpulnya uap air di udara dari hasil evaporasi dan transpirasi disebut evapotranspirasi. Evapotranspirasi dikontrol oleh kondisi atmosfer di muka bumi. Evaporasi membutuhan perbedaan tekanan di udara. Potensi evapotranspirasi adalah kemampuan atmosfer memindahkan air dari permukaan ke udara, dengan asumsi tidak ada batasan kapasitas.
Hujan yang jatuh di laut mengakhiri siklus ini dan akan mulai dengan siklus yang baru. Hujan yang jatuh di daratan akan melalui jalan yang lebih panjang untuk mencapai laut. Apa yang terjadi apabila hujan jatuh di daratan ? Sebagian air hujan akan meresap ke dalam tanah dan sebagian lagi akan mengalir di permukaan ke darah yang lebih rendah, dan kemudian akan berkumpul di danau atau sungai dan akhirnya mengalir ke laut. Bila curah hujan lebih besar daripada kemampuan tanah untuk menyerap air, maka kelebihan air tersebut akan mengalir dipermukaan menuju ke danau atau sungai. Air yang meresap ke dalam tanah (infiltrasi) atau yang mengalir di permukaan (run off) akan menemukan jalannya untuk kembali ke atmosfer, karena adanya evaporasi dari tanah, danau dan sungai. Air yang meresap ke dalam tanah juga akan diserap oleh tumbuhan dan akan kembali menguap melalui daunnya kembali ke atmosfer. Proses ini disebut transpirasi.
Apabila hujan jatuh di daerah beriklim dingin, airnya tidak langsung meresap ke dalam tanah atau mengalir sebagai run off, atau menguap. Air tersebut akan menjadi salju atau es, yang merupakan cadangan air yang cukup besar di daratan. Apabila salju atau es ini mencair, dapat menyebabkan naiknya muka air laut dan menggenangi daerah pantai.
Meskipun jumlah uap air di bumi waktu tertentu sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah total suplai air di bumi, tetapi jumlah absolut dalam siklus yang melalui atmosfer setiap tahunnya sangat besar, kira-kira 380.000 km3, jumlah yang cukup untuk menutupi permukaan bumi sampai kedalaman sekitar satu meter. Karena jumlah total dari uap air di atmosfer kira-kira tetap sama, maka curah hujan tahunan rata-rata di permukaan bumi harus sama dengan jumlah air yang menguap. Tetapi untuk semua daratan, jumlah curah hujan lebih banyak daripada penguapan, sebaliknya di laut, jumlah penguapan lebih banyak daripada curah hujannya. Karena muka air laut tidak mengalami penurunan, maka curah hujan di daratan sebanding dengan penguapan di laut.
Siklus hidrologi menggambarkan gerakan air yang terus menerus dari laut ke atmosfer, dari atmosfer ke daratan, dan dari daratan kembali ke laut.

 
AIR YANG MENGALIR DI PERMUKAAN
Diantara proses geologi, air yang mengalir merupakan proses yang sangat penting bagi manusia. Manusia tergantung pada sungai sebagai sumber energi, transportasi dan irigasi; dan dataran sungai yang subur merupakan tempat yang paling baik untuk tempat tinggal manusia sejak dulu kala. Sebagai agen yang dominan untuk merubah bentang alam, aliran air telah membentuk lingkungan fisik manusia.
Meskipun manusia sangat tergantung pada air yang mengalir, tetapi tidak pernah mengetahui sumber air tersebut. Hal ini berlangsung sampai pada abad ke 16 ketika manusia menyadari bahwa air berasal dari aliran permukaan dan airtanah, yang keduanya bersumber dari air hujan dan salju. Air permukaan yang mengalir akan terkumpul pada torehan-torehan kecil, yang akhirnya sampai ke sungai. Ada dua istilah yang sering digunakan untuk aliran air permukaan yang terkumpul ini, yaitu stream dan river. Walaupun keduanya mempunyai pengertian yang sama, stream digunakan untuk sungai dalam segala ukuran, dari torehan kecil sampai yang berukuran seperti Amazone, sedangkan river digunakan untuk sungai utama yang mempunyai banyak cabang.

ALIRAN AIR SUNGAI (STREAMFLOW)
Air yang mengalir menuju ke laut sangat dipengaruhi oleh gravitasi. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai laut tergantung pada kecepatan aliran, yang merupakan jarak yang ditempuh oleh aliran air dalam satuan waktu tertentu. Ada sungai yang mempunyai kecepatan aliran hanya 0,8 km/jam dan adapula yang sangat cepat sampai 30 km/jam. Kecepatan biasanya diukur pada beberapa lokasi memotong saluran sungai yang kemudian dirata-ratakan. Pada saluran yang tegak lurus, kecepatan terbesar terdapat di tengah saluran sedikit dibawah permukaan, dimana terdapat tahanan yang terkecil. Tetapi pada sungai yang berkelok, kecepatan maksimum terdapat pada bagian luar kelokan.
Kemampuan sungai untuk mengerosi dan mentransport material berhubungan langsung dengan kecepatan aliran, jadi kecepatan merupakan ciri yang paling penting. Variasi kecepatan aliran akan berhubungan langsung dengan perubahan material sedimen yang ditransport oleh air. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan aliran yang tentunya juga mengontrol jumlah erosi oleh sungai. Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Kemiringan Sungai
2. Bentuk, ukuran dan kekasaran dari dasar saluran
3. Debit sungai
Faktor yang terutama mengontrol kecepatan aliran sungai adalah gradient atau kemiringan lereng sungai. Gradien sungai dinyatakan dengan perbandingan beda tinggi dengan jarak atau panjang mendatar dari sungai. Gradien sungai sangat bervariasi antara satu sungai dengan yang lainnya. Semakin besar gradien antar satu sungai semakin besar kecepatan alirannya. Jika kedua sungai yang mempunyai karakteristik sama kecuali gradiennya, maka sungai yang mempunyai gradien lebih besar akan mempunyai kecepatan aliran yang lebih besar pula.
Bentuk penampang melintang saluran menentukan jumlah air yang bersentuhan dengan saluran dan ini akan mempengaruhi tahanan gesernya. Saluran yang paling efisien adalah yang mempunyai perimeter yang paling kecil. Meskipun luas penampang dari ketiga saluran tersebut sama, tetapi bentuk saluran yang setengah lingkaran mempunyai persentuhan air dengan saluran paling kecil, sehingga mempunyai tahanan geser yang paling kecil. Jadi apabila faktor lain dari ketiga saluran tersebut sama, maka air akan mengalir lebih cepat dalam saluran setengah lingkaran.
Ukuran dan kekasaran dasar saluran berpengaruh juga terhadap besarnya tahanan saluran. Bila ukuran saluarn bertambah, maka perbandingan perimeter dengan penampang melintang saluran akan berkurang, sehingga efisiensi aliran bertambah besar. Efek dari kekasaran dasar saluran berpengaruh terhadap macam aliran dalam saluran. Bila salurannya halus akan menghasilkan aliran seragam (uniform flows), sedang bila dasar saluran kasar, seperti misalnya banyak bolder, akan menghasilkan aliran turbulen.
Debit (discharge) sungai adalah jumlah air yang mengalir pada jarak tertentu pada satuan waktu tertentu, biasanya diukur dengan meter kubik per detik. Debit sungai biasanya diperoleh dari perkalian antara luas penampang melintang saluran dengan kecepatan alirannya.
Debit sungai selalu berubah-ubah. Hal ini disebabkan oleh curah hujan dan pencairan salju yang tidak selalu tetap. Jika debit sungai berubah, maka faktor-faktor yang berpengaruhpun akan mengalami perubahan. Bila debit bertambah, maka lebar dan kedalaman dari saluran akan bertambah besar atau air mengalir lebih cepat. Dari penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa dengan bertambahnya jumlah air yang mengalir, maka lebar, kedalaman dan kecepatan akan meningkat pula. Jadi untuk mengimbangi peningkatan debitnya, sungai akan mengalami proses pelebaran dan pendalaman saluran sungai.

PERUBAHAN SUNGAI KE ARAH HILIR (DOWNSTREAM)
Salah satu jalan untuk mempelajari suatu sungai adalah penampang memanjang sungai (longitudinal profile). Profil ini menggambarkan penampang sungai mulai dari bagian hulu (head atau headwater) sampai ke muara sungai. Kenampakan utama dari tipe profil memanjang sungai adalah penurunan gradien sungai dari hulu ke muara. Secara umum bentuk penampang tersebut adalah busur yang cekung ke atas.
Ada hubungan terbalik antara gradien dan debit sungai. Bial kemiringan sungai besar, maka debitnya kecil, dan bila debit besar maka gradien sungai kecil. Atau bisa dikatakan bahwa di bagian hulu sungai dapat mempunyai kecepatan yang besar walaupun kemiringannya kecil, karena debit yang besar, saluran yang lebar dan dasar sungai yang relatif halus.

BIDANG DATUM (BASE LEVEL) & KESEIMBANGAN SUNGAI (GRADED STREAM)
Satu hal yang penting yang mengontrol aliran sungai adalah bidang datum (base level), yang merupakan titik terendah dimana aliran air dapat melakukan erosi (pengikisan). Dua tipe umum dari base level, muka air laut (sea level) yang disebut ultimata base level, yang merupakan batas terendah dari proses erosi oleh sungai, dan temporary atau lokal base level, yang ditunjukkan oleh danau. Batuan yang resisten, dan sungai utama, yang merupakan base level bagi cabang-cabang sungainya.
Sungai selalu akan menyesuaikan dirinya dengan perubahan yang terjadi. Pada suatu kondisi tertentu sungai akan berada pada suatu keadaan dimana sungai tidak melakukan proses erosi ataupun deposisi. Sungai pada kondisi demikian disebut dalam kondisi kesetimbangan atau graded stream.

PROSES YANG DILAKUKAN OLEH ALIRAN AIR DI SUNGAI
Proses yang dilakukan oleh sungai adalah erosi, transportasi dan pengendapan. Proses tersebut berjalan bersama-sama pada setiap sungai, walaupun di bawah ini akan dibahas satu persatu.
1. Proses Pengikisan (erosi)
Meskipun sebagian besar material yang diangkut oleh sungai berasal dari material yang diangkut oleh air tanah, aliran air permukaan dan mass wasting, sungai juga menambah jumlah angkutannya dengan mengerosi batuan yang dilaluinya. Bila batuan yang dilalui sangat kompak (bedrock), maka proses erosi dilakukan dengan cara abrasi yang dilakukan oleh material sedimen yang diangkut oleh air. Material yang berukuran kasar biasanya dilepas dari batuannya dengan melakukan pengeboran oleh air pada dasar saluran yang disebut potholes. Tetapi bila batuannya tidak kompak (lepas), maka pengikisan dilakukan oleh air sendiri.
2. Proses Pengangkutan (transportasi)
Sungai akan mengangkut material hasil erosinya dengan cara pelarutan (dissolved load), suspensi (suspended load) dan sepanjang dasar saluran (bed load).
Material terlarut diangkut ke sungai oleh air tanah dan sebagian kecil berasal dari batuan yang mudah larut sepanjang sungai. Jumlah material yang terlarut sangat bervariasi dan sangat tergantung pada iklim dan kondisi geologinya.
Kebanyakan sungai mengankut material hasil erosinya dengan suspensi. Material yang diangkut dengan cara suspensi ini umumnya berukuran pasir halus, lanau dan lempung. Pada waktu banjir, material yang ukurannya besar dapat juga diangkut dengan cara suspensi. Juga pada waktu banjir material suspensi akan meningkat jumlahnya.

Banyak juga material sungai yang ukurannya terlalu besar untuk diangkut dengan cara suspensi. Material kasar ini akan bergerak pada dasar sungai sebagai bedload. Material ini mengerosi dasar sungai, sehingga sungai menjadi bertambah dalam.

Material bedload bergerak sepanjang dasar sungai dengan cara menggelinding (rolling), meluncur (sliding) dan meloncat (saltasi). Sedimen yang bergerak dengan saltasi akan meloncat sepanjang dasar sungai. Hal ini terjadi karena material tersebut ditabrak oleh sedimen yang diangkut sehingga akan terangkat dan akan turun kembali ke dasar karena gaya beratnya. Sedimen yang terlalu besar untuk bergerak.

Tidak seperti sedimen suspensi dan terlarut yang bergerak tetap pada sungai, sedimen bedload hanya bergerak apabila kekuatan air cukup besar untuk menggerakannnya. Sedimen bedload sangat sulit diukur, karena terjadi pada waktu banjir.

Kemampuan sungai untuk mengangkut material hasil erosinya diukur dengan dua kriteria. Yang pertama, kompetensi sungai, yaitu ukuran maksimum dari sedimen yang dapat diangkut. Kompetensi sungai sangat tergantung pada kecepatan aliran sungai. Jika kecepatan aliran sungai meningkat dua kali lipat, maka gaya impak yang dilakukan oleh air akan meningkat sampai empat kali. Jika kecepatan meningkat sampai tiga kali lipat, maka gaya impak dari air akan meningkat sampai sembilan kali. Jadi pada kecepatan yang rendah, bolder akan tetap diam, dan akan bergerak pada waktu banjir ketika kecepatan aliran meningkat. Yang kedua, kapasitas sungai, yaitu jumlah maksimum sedimen yang mampu diangkut oleh aliran sungai. Kapasitas sungai sangat berhubungan dengan debit sungai. Semakin besar debit sungai, semakin besar juga jumlah sedimen yang dapat diangkut.

3. Proses Pengendapan
Ketika kecepatan sungai menurun, maka kompetensi sungai juga menurun. Akibatnya, sedimen suspensi akan mulai mengendap. Endapan sedimen ini disebut dengan aluvial. Meskipun sebagian sedimen terendapkan sementara di sungai, sebagian lainnya akan mencapai laut. Bila sungai mencapai tubuh air yang tetap seperti laut atau danau, kecepatannya menurun dengan cepat, dan akan mengendapkan sedimen yang diangkutnya di mulut sungai yang disebut delta. Sedimen halus yang berukuran lanau dan lempung akan terendapkan agak jauh dari muara sungai dengan membentuk lapisan yang hampir mendatar yang disebut lapisan bottomset. Kelanjutan dari lapisan bottomset, mulai terendapkan lapisan foreset. Lapisan ini disusun oleh sedimen kasar, yang diendapkan begitu aliran mancapai laut atau danau, membentuk lapisan yang miring. Lapisan foreset biasanya ditutupi oleh lapisan mendatar yang tipis yang terbentuk pada waktu banjir yang disebut topset. Pertumbuhan dari delta menyebabkan gradien sungai akan mengalami penurunan, sehingga sungai mencari jalan yang lebih pendek untuk mencapai base level. Akibatnya delta akan berkembang membentuk segitiga seperti huruf Yunani delta. Itulah sebabnya endapan di muara sungai ini disebut delta.

Sungai-sungai besar seperti Nil, Mississippi dan Mahakam membentuk delta yang telah berkembang mulai jutaan tahun yang lalu sehingga membentuk delta yang sangat luas. Selain itu sungai utama membaginya menjadi beberapa saluran yang disebut distributaries, kenampakan yang terlihat pada delta yang besar.

Meskipun delta sering terbentuk pada sungai besar, tidak semua sungai besar dapat membentuk delta. Sedimen yang besar jumlahnya, oleh kekuatan arus dan ombak disekitar muara sungai akan disebarkan kembali begitu diendapkan di muara. Kadang-kadang sungai besar juga tidak mengangkut sedimen dalam jumlah yang cukup besar untuk membentuk delta.

Kipas aluvial (aluvial fan) adalah endapan sungai yang bentuknya seperti delta yang terbentuk di daratan. Sungai-sungai yang mengalir di gunung, setelah mencapai dataran, gradien sungai akan turun dengan drastis, sehingga akan mengendapkan material yang diangkutnya. Biasanya material kasar diendapkan dekat kemiringan lereng, sementara yang halus terendapkan lebih jauh pada pedataran.

Sungai yang lebar dengan lembah yang datar, kadang-kadang membentuk tanggul alam (natural level), merupakan endapan yang sejajar lembah. Tangggul alam ini dibentuk oleh endapan banjir yang terjadi secara periodik selama bertahun-tahun. Ketika banjir, air sungai akan melewati tebing sungai dan kecepatan menurun drastis, sehingga akan meninggalkan endapan sedimen kasar pada tepi sungai. Ketika air melimpah, sedimen halus terendapkan di dasar lembah. Penyebaran sedimen yang tidak merata ini akan membentuk kemiringan yang landai dari tanggul alam. Daerah di belakang tanggul alam dicirikan oleh drainase yang jelek dan air tidak dapat mengalir kembali ke sungai, sehingga terbentuk rawa-rawa yang disebut back swamp. Cabang-cabang sungai yang terbentuk sejajar dengan sungai utama dan memotong tanggul alam disebut dengan yazzo tributaries.


EKOLOGI

A. Arti Ekologi
Inti permasalahan ekologi adalah hubungan makhluk hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya. Ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya disebut ekologi.

Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Enerst Haeckel, seorang ahli biologi bangsa Jerman. Ekologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti ilmu/telaah. Oleh karena itu ekologi berarti ilmu tentang rumah (tempat tinggal) makhluk hidup. Dengan demikian ekologi biasanya diartinya sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbale balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.

Berdasarkan arti harfiah dari asal katanya ekologi dan ekonomi sama. Ekologi (Oikos dan logos) sedang ekonomi (Oikos dan nomos) sehingga kedua ilmu itu banyak persamaannya. Namun dalam ekologi, mata uang yang dipakai dalam transaksi bukan rupiah atau dolar, melainkan materi, energi, dan informasi.

Arus materi, energi, dan informasi dalam suatu komunitas atau beberapa komunitas mendapat perhatian utama dalam ekologi, seperti uang dalam ekonomi. Oleh karena itu transaksi dalam ekologi berbentuk materi, energy dan informasi.

B. Konsep Dasar Ekologi

Pengelolaan lingkungan hidup bersifat Antroposentris, artinya perhatian utama dihubungkan dengan kepentingan manusia. Kelangsungan hidup suatu jenis tumbuhan atau hewan, dikaitkan dengan peranan tumbuhan atau hewan itu untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, baik material (bahan makanan) dan non-material (keindahan dan nilai ilmiah). Dengan demikian kelangsungan hidup manusia dalam lingkungan hidup sangat ditentukan oleh tumbuhan, hewan, dan unsur tak hidup.

Menurut Odum (1979) dalam bukunya “Fundamentals of Ecology”, lingkungan hidup didasarkan beberapa konsep ekologi dasar, seperti konsep: biotik, abiotik, ekosistem, produktivitas, biomasa, hukum thermodinamika I dan II, siklus biogeokimiawi dan konsep faktor pembatas. Dalam komunitas ada konsep biodiversitas, pada populasi ada konsep “carrying capacity”, pada spesies ada konsep distribusi dan interaksi serta konsep suksesi dan klimaks.

1. Tingkatan Organisasi Makhluk Hidup.

Makhluk hidup (organisme) memiliki tingkat organisasi dari tingkat yang paling sederhana sampai ke tingkat organisasi yang paling kompleks. Tingkatan organisasi tersebut terlihat sebagai deretan biologi yang disebut spectrum biologi. Adapun spektrum biologi yang dimaksud yaitu: protoplasma (zat hidup dalam sel); sel (satuan dasar suatu organisme); jaringan (kumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi sama); organ (alat tubuh, bagian dari organisme), sistem organ (kerjasama antara struktur dan fungsional yang harmonis); organisme (makhluk hidup, jasad hidup); populasi (kelompok organisme yang sejenis yang hidup dan berbiak pada suatu daerah tertentu); komunitas (semua populasi dari berbagai jenis yang menempati suatu daerah tertentu); ekosistem; dan biosfer (lapisan bumi tempat ekosistem beroperasi).

2. Ekosistem.

Suatu konsep sentral dalam ekologi adalah ekosistem (sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Oleh karena itu ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan yang saling mempengaruhi.

Berdasarkan pengertian di atas, suatu sistem terdiri dari komponenkomponen yang bekerja secara teratur sebagai suatu kesatuan. Ekosistem terbentuk oleh komponen hidup (biotik) dan tak hidup (abiotik) yang berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Keteraturan itu terjadi karena adanya arus materi dan energi, yang terkendali oleh arus informasi antara komponen dalam ekosistem. Masing-masing komponen mempunyai fungsi (relung). Selama masing-masing komponen tetap melakukan fungsinya dan bekerjasama dengan baik, keteraturan ekosistem tetap terjaga.


Apabila kita hanya melihat fungsinya, suatu ekosistem terdiri atas dua komponen

a) Komponen autotrofik: organisme yang mampu menyediakan atau mensintesis makanannya sendiri berupa bahan organik dan bahan-bahan anorganik dengan bantuan energi matahari atau klorofil. Oleh karena itu semua organisme yang mengandung klorofil disebut organisme autotrofik.
b) Komponen heterotrofik: organisme yang mampu memanfaatkan bahanbahan organik sebagai bahan makanannya. Bahan makanan itu disintesis dan disediakan oleh organisme lain.

Apabila dilihat dari segi penyusunannya, maka dapat dibedakan menjadi empat komponen yaitu:

a. Bahan tak hidup (abiotik, non hayati): komponen fisik dan kimia, misalnya: tanah, air, matahari, dan lain-lain. Komponen ini merupakan medium (substrat) untuk berlangsungnya kehidupan.
b. Produsen: organisme autotrofik (tumbuhan hijau)
c. Konsumen: organisme heterotrofik, misalnya: manusia, hewan yang makan organisme lainnya.
d. Pengurai (perombak atau dekomposer): organisme heterotrofik yang mengurai bahan organik yang berasal dari organisme mati.

Habitat dan relung, dua istilah tentang kehidupan organisme. Habitat adalah tempat hidup suatu organisme. Habitat suatu organisme dapat juga disebut “alamat”. Relung (niche atau nicia) adalah profesi atau status suatu organism dalam suatu komunitas dan ekosistem tertentu, sebagai akibat adaptasi struktural, tanggal fisiologis serta perilaku spesifik organisme itu.

Penyesuaian diri secara umum disebut adaptasi. Kemampuan adaptasi mempunyai nilai untuk kelangsungan hidup. Makin besar kemampuan adaptasi makin besar kementakan kelangsungan hidup organisme.

3. Hukum Thermodinamika.

Hukum thermodinamika adalah hukum alam tentang energi. Ada dua hokum thermodinamika yaitu:

a) Hukum Thermodinamika I: energi dapat diubah dari suatu bentuk energy menjadi bentuk energi lain, tetapi energi tidak pernah dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Contoh: energi matahari diubah menjadi energi panas atau energi potensial dalam bentuk makanan. Jumlah energi dalam alam semesta adalah konstan. Artinya jumlah energy tidak dapat bertambah atau berkurang.

b) Hukum Thermodinamika II: setiap terjadi perubahan bentuk energi, pasti terjadi degradasi energi dari bentuk energi yang terpusat menjadi energy yang terpencar. Contoh: benda panas pasti menyebarkan panas (energi) ke lingkungan sekitar yang lebih rendah suhunya. Energi yang tidak seluruhnya dapat dipakai untuk melakukan kerja. Contoh: 10 ton kalori untuk memutar mesin, hasil kerja mesin itu kurang dari 10 ton kalori. Bagian energi yang dapat dipakai untuk melakukan kerja disebut entropi. Lawan dari entropi adalah negentropi (entropi negatif atau pengurangan entropi). Contoh: fotosintesis mempunyai efek negentropi.

4. Siklus Biogeokimiawi

Biogeokimiawi merupakan proses biologi, geologi, dan kimia. Siklus biogeokimiawi berkaitan dengan materi. Tubuh manusia, hewan, dan tumbuhan, dan lain-lain tersusun oleh materi. Materi terdiri dari unsur kimia, seperti: karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), dan fosfor (P). Materi yang dibutuhkan untuk menyusun tubuh manusia didapat dari makanan. Bersamaan dengan materi, dari makanan dapat juga diperoleh energi.

EKOSISTEM AIR TAWAR.

Hanya 3 % air dimuka bumi ini adalah air tawar. Sebagian besar dapat membeku dalam glatsier dan es atau terbenam dalam akuifier. Sisanya terdapat dalam danau, kolam, sungai dan disitu menyediakan berbagai macam habitat untuk komunitas hayati.
Danau dan kolam. Penelitian menunjukkan bahwa danau yang dalam terdiri atas tiga zona utama, masing-masing dengan cirri komunitas organism. Tepian danau dinamakan zona litoral. Disini cahaya sampai di dasarnya. Produsen di zona litoral adalah tumbuhan yang berakar sampai ke dasar dan juga alga yang menempel pada tumbuhan tadi dan pada setiap substrat padat lainnya. Ada berbagai macam konsumen, biasanya mencakup krustacea kecil, cacing pipih, larva serangga dan siput. Demikian pula bentuk yang lebih besar seperti katak, ikan dan kura-kura.

Zona Limnetik. Merupakan lapisan air terbuka dan di sini masih dapat terjadi produksi primer. Makin ke dalam kita turun ke zona limnetik, jumlah cahaya yang tersedia untuk fotosintesis makin berkurang sampai pada kedalaman dengan laju fotosintesis produsen manjadi sama dengan laju respirasi. Pada tahapan ini tidak terjadi produktivitas primer bersih. Zona limnetik lebih dangkal dalam air keruh daripada di air jernih dan merupakan cirri yang jauh lebih penting bagi danau dibandingkan dengan kolam. Kehidupan dalam zona limnetik didominasi oleh mikroorganisme terapung yang disebut dengan plangkton dan hewan yang berenang dengan aktif yang disebut dengan nekton. Produsen dalam ekosistem ini adalah alga plankton. Consumen primer meliputi krustacea terapung mikroskopik dan rotifer. Hewan-hewan ini adalah zooplankton. Nekton cenderung merupakan konsumen sekunder tercakup didalamnya serangga yang berenang dan ikan. Pada umumnya nekton bergerak bebas di antara zona litoral dan zona limnetik.

Banyak danau yang sangat dalam sehingga tidak cukup cahaya yang dapat mencapai kedalaman yang lebih bawah untuk menunjang produktivitas primer bersih. Zona ini dinamakan zona profundal.

Karena tidak adanya produktivitas primer bersih, kehidupan dalam zona profundal untuk kalorinya bergantung pada bahan organic yang dialirkan dari zona litoral dan zona limnetik. Istilah Benthos digunakan untuk menggambarkan setiap organism yang hidup didasar. Sedimen yang terdapat di dasar zona profundal yang menunjang populasi besar dari bakteri dan fungi. Pembusuk ini menguraikan bahan organic yang mencapainya, membebaskan nutrient anorganik untuk daur ulang. Dengan aktivitas kedua mikroorganisme itu, bagian akhir energy yang mengalir melalui jarring-jaring makanan di danau dihamburkan ke alam sekitar. Di daerah dengan perubahan musim yang nyata sekali, pemanasan permukaan suatu danau dalam musim panas akan mencegah airnya bercampur dengan air yang lebih dalam. Hal ini disebabkan air yang hangat kurang padat pekat daripada yang dingin. Air permukaan mampu memperoleh oksigen terlarut sebagian dari udara di atas dan juga karena terdapat di zona limnetik, sebagian dibebaskan ke dalam air dalam fotosintesis. Tetapi air zona profundal karena ditiadakan dari kedua sumber oksigen ini, menjadi tergenang. Akan tetapi dalam musim gugur ketika air permukaan menjadi sejuk, maka menjadi lebih pekat dan mengendap di dasar danau dan membawa oksigen bersamanya. Hal ini disebut dengan jungkirbalikkan musim gugur. Fenomena serupa, penjungkirbalikan musim semi, terjadi bila es meleleh. Sifat air menjelaskan perubahan ini dikemukakan lebih banyak di bab berikutnya.

Sungai dan muara. Tempat tinggal yang disediakan oleh sungai dan muara adalah berbeda jika dibandingkan dengan danau dan kolam. Sebab aliran air yang senantiasa menambah oksigen tinggi. Bila hal ini menjadi tereduksi dapat menjadikan pertumbuhan ikan secara masal. Walaupun fotosintesis dapat ditemukan di muara, tapi itu memainkan peran yang lebih kecil dibandingkan dalam danau dan kolam. Bagian terbesar dari energy yang tersedia untuk konsumen di air yang mengalir berasal dari daratan.


EKOSISTEM LAUT

Lautan seperti juga danau, dapat digambarkan dalam istilah zona dan banyak perbedaan diantara keduanya. Pinggiran lautan disebut zona intertidal. Daerah ini terdiri atas pasir pantai, karang, muara dan di daerah tropic dan subtropik, ada rawa mangrove dan terumbu karang. Beberapa dari habitat ini, misalnya rawa pantai, adalah sangat produktif yang didukung oleh kekayaan dan keanekaragaman populasi dan produsen dan konsumen. Banyak dari organism di zona intertidal telah beradaptasi sehingga mereka dapat bertahan terhadap gelombang dan keterbukaan periodic terhadap udara.

Lautan yang relative dangkal yang meluas kepinggiran selat benua dinamakan zona neritik. Zona oseanik terdapat diatas lembah lautan. Produktivitas promer di zona neritik dan zona oseanik bergantung pada alga planktonik yang hidup sepanjang ada cahaya matahari. Aktivitas ini menunjang konsumen sekunder dan konsumen yang lebih tinggi dalam nekton. Meskipun kehidupan beragam, produktivitas bersih dari lautan terbuka agak lebh baik dibandingkan di padang pasir.

Dasar lembah lautan adalah dataran abisal. Daerah gelap yang relative tidak beragam ini dihuni oleh populasi yang kecil dari bentik dan yang bergantung pada bahan organic yang mengalir dari bagian atas laut. Akan tetapi, eksplorasi baru-baru ini di laut dalam menyingkap ada komunitas yang kompleks yang terdapat disekitar celah-celah laut. Celah-celah ini menimbulkan retakan di dasar laut. Meskipun tidak ada cahaya sampai sejauh itu, produktivitas primer energy yang dijamin oleh oksidasi belerang dari dalam air yang mengalir ke lauar dari retakan yang berada di dasar laut. Bakteri ini menunjang populasi hewan yang besar. Diantara yang paling menonjol adalahcacing yang tidak mempunyai system pencernaan. Sementara cacing dapat menyerap beberapa molekul organic dari alam sekitarnya, mereka juga menyimpan sejumlah besar bakteri kemoautotrofik yang dapat menyediakan kalori bagi mereka.