Selasa, 12 Juli 2011

LOGAM MERKURI


Merkuri atau raksa merupakan alih bahasa dari bahasa Latin “Hydragyrum” yang berarti perak cair, dilambangkan Hg (Palar, 1994). Apabila diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia, merkuri berarti mudah menguap (Rompas, 1992). Merkuri adalah logam cair yang berwarna putih keperakan pada suhu biasa dan mempunyai rapatan 13,534 g/ml pada suhu  25 0C. Merkuri adalah unsur dengan nomor atom 80, berat atom 200,5 g. Titik lebur -34,87 0C, titik didih 358,58 0C dan masuk dalam golongan IIB dalam periodik unsur memiliki dua valensi yaitu Hg+ sama dengan ion merkuro dan Hg++  sama dengan ion merkuri (Daintith, 1994). Secara alami Hg dihasilkan dari biji Sinabar, HgS, yang mengandung unsur Hg antara 0,1 % - 4 % (Palar, 1994).
Logam Hg mudah membentuk ikatan kovalen dengan sulfur, dan sifat inilah yang mendasari sebagian besar efek biologisnya. Apabila sulfur terdapat dalam bentuk sulfuhidril, maka Hg divalen menggantikan atom hydrogen membentuk merkaptida, X-Hg-SR dan Hg (SR)2:X menunjukkan suatu radikal elektronegatif  dan R ialah protein. Hg organik membentuk merkaptida tipe RHg-SR. akibatnya aktivitas enzim-enzim sulfuhidril terhambat sehingga metabolisme dan fungsi sel terganggu. Afinitas Hg terhadap –tiol merupakan dasar pengobatan keracunan Hg dengan dimerkaprol dan penisilinamin. Hg mengikat ligan lain, yaitu fosforil, karboksil, amida dan amin (Syamsudin, 2000).
Merkuri metalik (elemental mercuri/Hg0) merupakan logam cair berwama putih, berkilau dan pada suhu kamar berada dalam bentuk cairan. Pada suhu kamar akan menguap dan membentuk Hg uap yang tidak berwama dan tidak berbau. Makin tinggi suhu, makin banyak yang menguap. Banyak orang yang telah menghirup Hg mengatakan bahwa terasa logam dimulutnya. Hg metal masih digunakan dalam beberapa herbal dan obat tradisional di Amerika Latin dan di Asia, digunakan juga dalam acara ritual seperti Voodoo, Santeria dan Espiritismo suku Caribia di Amerika Latin. Digunakan juga untuk bahan pembuat themometer, barometer. Hg metal banyak digunakan untuk  produksi gas chlorine dan caustic soda dan untuk pemurnian emas. Juga digunakan untuk pembuatan baterai, dan saklar listrik (Shi et al., 2004).
Untuk bahan penambal gigi biasanya mengandung Hg metalik 50%. Estimasi yang dilakukan oleh WHO menyatakan bahwa sekitar 3% dari total konsumsi merkuri digunakan untuk dental amalgam. Dental amalgam ini merupakan campuran dari merkuri yang dicampur dengan perak, dan timbal dengan komposisi 45-50% merkuri, 25-35% perak, 2-30% tembaga dan 15-30% timbal. Estimasi yang dilakukan terhadap dokter gigi di Amerika menyatakan bahwa penggunaan Hg rata-rata berkisar 0,9 – 1,4 kg amalgam /tahun. Pajanan yang ditimbulkannya adalah Hg uap (Shi et al., 2004).
Senyawa merkuri anorganik terjadi ketika Hg dikombinasikan dengan elemen lain seperti Chlorine (Cl ), sulfur atau oksigen. Senyawa-senyawa ini biasa disebut garam-garam Hg. Senyawa Hg anorganik berbentuk bubuk putih atau kristal, kecuali merkurik sulfida (HgS) yang biasa disebut Sinabar adalah berwarna merah dan akan menjadi hitam setelah terkena sinar matahari. Senyawa Hg anorganik digunakan sebagai fungisida. Garam-garam merkuri anorganik termasuk amoniak merkurik chlorida dan merkurik iodide digunakan untuk cream pemutih kulit. Merkurik chlorida (HgCl2) adalah sebagai antiseptik atau disinfektan. Pada waktu lampau, Merkurous chlorida digunakan dalam dunia kedokteran untuk obat penjahar (urus-urus), obat cacing dan bahan penambal gigi (Anonim, 1993).
Senyawa kimia lain yang mengandung Hg masih digunakan sebagai anti bakteri. Produk ini termasuk Mercurochrome (mengandung 2% Mercuri Sulfida) dan Mercuri Oksida digunakan untuk zat warna pada cat, sedangkan Merkuri Sulfide digunakan pula sebagai pewarna merah pada tato. Merkuri Chlorida juga digunakan sebagai katalis, industri baterai kering, dan fungisida dalam pengawetan kayu. Merkuri Asetat digunakan untuk sintesa senyawa organomerkuri, sebagai katalis dalam reaksi-reaksi polimerisasi organik dan sebagai reagen dalam kimia analisa (Anonim, 1993). Senyawa-senyawanya banyak digunakan sebagai disinfektan, pestisida, bahan cat, antiseptik, baterai kering, photografi, di pabrik kayu dan pabrik tekstil (Clarkson, 2002).
Senyawa Hg organik terjadi ketika Hg bertemu dengan Karbon atau organomerkuri. Banyak jenis organomerkuri,tetapi yang paling populer adalah Metilmerkuri Asetat (dikenal dengan Monometilmercuri Acetat) CH3 — Hg — COOH. Pada waktu yang lampau, senyawa organomerkuri yang dikenal adalah penilmerkuri yang digunakan dalam beberapa produk komersial. Organomerkuri lainnya adalah dimetilmerkuri (CH3 — Hg — CH3) yang juga digunakan sebagai standar referensi tes kimia. Di lingkungan ditemukan dalam jumlah kecil namun sangat membahayakan bagi manusia dan hewan. Seperti senyawa Hg organik, metilmerkuri dan penilmerkuri ada dalam bentuk garam-garamnya seperti metilmerkuri chloride dan penilmerkuri acetat.
Metilmerkuri dihasilkan dari proses mikroorganisme (bakteri dan fungi) di lingkungan. Sampai tahun 1970 an metilmerkuri dan etilmerkuri digunakan untuk mengawetkan biji-bijian dan infeksi fungi. Ketika diketahui adanya efek negatif terhadap kesehatan dari bahan berbahaya metilmerkuri dan etilmerkuri, maka penggunaan selanjutnya sebagai fungisida biji-bijian dilarang.
Sampai tahun 1991 an penggunaan penilmerkuri sebagai antifungi pada cat dalam maupun cat luar bangunan masih diperbolehkan, tetapi penggunaan ini selanjutnya juga dilarang karena akan terjadi penguapan Hg dari cat-cat tersebut. Sabun dan krem yang mengandung merkuri telah digunakan dalam waktu yang lama oleh masyarakat kulit hitam di beberapa wilayah untuk pemutih kulit. Sabun biasanya mengandung merkuri 3% sedangkan krem pemutih mengandung merkuri 10%. Sabun dan krem pemutih digosokkan pada kulit dan dibiarkan kering atau digunakan sebelum tidur.
Secara alamiah Hg ini juga terlepas dan berasosiasi dengan air sungai. Kadar Hg dalam air sungai dan danau berkisar 0,08 – 0,12 ppb. Sumber alami merkuri yang paling umum adalah HgS. Selain itu, mineral sulfida misalnya sphelarit (ZnS), chalcophyrite (CuFeS) dan galena (PbS) juga mengandung Hg. HgS sukar larut dalam air, namun pelapukan bermacam-macam batuan dan erosi tanah dapat melepaskan Hg ke dalam lingkungan (Effendi, 2003).
Merkuri berada secara alami di lingkungan seperti merkuri anorganik (garam merkuri). Merkuri juga berada dalam lingkungan sebagai akibat kegiatan manusia. Di lingkungan perairan, merkuri anorganik diubah menjadi metilmerkuri (bentuk yang paling umum dari merkuri organik) oleh mikroorganisme yang ada dalam sedimen. Setelah ini terjadi, metil merkuri terakumulasi dalam rantai makanan di perairan, termasuk ikan dan kerang-kerangan (Anonim, 2004).
Merkuri merupakan logam yang sangat toksik terhadap organisme, dalam penggunaan atau aktivitas tertentu merkuri akan disebarkan ke lingkungan baik berupa bahan pertanian, obat-obatan, cat, kertas, pertambangan serta sisa buangan industri. Semua bentuk merkuri, baik dalam bentuk unsur, gas maupun dalam bentuk garam organik adalah beracun (Pryde, 1973, dalam Alfian, 2006).
Dalam lingkungan perairan, merkuri anorganik dikonversi oleh mikroorganisme menjadi metil merkuri yang sangat beracun dan sangat mudah terserap ke dalam jaringan. Sekitar 90% kandungan merkuri dalam ikan berupa metil merkuri (Martono, 2005). Selanjutnya dapat dikemukakan bahwa sekitar 95% metil merkuri yang masuk ke dalam tubuh diserap oleh usus yang sebagian besar tertahan dalam jaringan tubuh, dan kurang dari 1% yang dikeluarkan lagi dari dalam tubuh (Martono, 2005).
Kasus toksisitas metil merkuri pada manusia, baik anak maupun orang dewasa, diberitakan besar-besaran pasca Perang Dunia ke-2 di Jepang, yang disebut “Minamata Disease”. Tragedi yang dikenal dengan Penyakit Minamata, berdasarkan penelitian ditemukan penduduk di sekitar kawasan tersebut memakan ikan yang berasal dari laut sekitar Teluk Minamata yang mengandung merkuri yang berasal dari buangan sisa industri plastik (Pervaneh, 1979, dalam Alfian, 2006). Tragedi ini telah memakan korban lebih kurang 100 orang pada tahun 1953 sampai 1960. Dari korban ini ada yang meninggal atau mengalami cacat seumur hidup (Hutabarat dan Steward 1985:198).
Dalam Alfian (2006), sistem syaraf pusat merupakan target organ dari toksisitas metil merkuri tersebut, sehingga gejala yang terlihat erat hubungannya dengan kerusakan sistem syaraf pusat. Gejala yang timbul adalah sebagai berikut:
1) Gangguan syaraf sensori: paraesthesia, kepekaan menurun dan sulit menggerakkan jari tangan dan kaki, penglihatan menyempit, daya pendengaran menurun, serta rasa nyeri pada lengan dan paha.
2) Gangguan syaraf motorik: lemah, sulit berdiri, mudah jatuh, ataksia, tremor, gerakan lambat dan sulit bicara.
3) Gangguan lain: gangguan mental, sakit kepala dan hipersalivasi.
Penyakit minamata adalah penyakit gangguan sistem syaraf pusat yang disebabkan oleh keracunan metil merkuri. Tidak ditemukan kerusakan pada organ lain kecuali pada sistem syaraf pusat (Martono, 2005).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar